- Pengertian Ketrampilan Variasi Mengajar
Agar kita bisa lebih memahami
pengertian ketrampilan variasi mengajar berikut akan kita jelaskan pengertian
dari tiap kata. Kata terampil dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia berarti
cekatan, cakap mengerjakan sesuatu, sedangkan ketrampilan bermakna kecekatan,
kecakapan atau kemampuan untuk melakukan sesuatu dengan baik dan cermat (dengan
keahlian).[1]
Dan kata variasi menurut Wojowasito berarti selingan atau selang-seling.[2]
Kridalaksana juga mengungkapkan hal yang sama bahwa variasi ialah selingan,
selang-seling atau ragam corak.[3]
Menurut Chaplin variasi
berarti perubahan dalam kondisi dan satu perbedaan.[4]
Mengajar adalah usaha guru membimbing, mengarahkan atau mengorganisasi belajar.
Mengajar adalah suatu rangkaian kegiatan
penyampaian bahan pelajaran kepada murid agar ia dapat menerima, memahami,
menanggapi, menghayati, memiliki, menguasai dan mengembangkannya.[5]
Menurut Usman mengajar
merupakan suatu usaha mengorganisasi lingkungan dalam hubungannya dengan anak
didik dan bahan pengajaran yang manimbulkan terjadinya proses belajar mengajar.[6]
Berdasarkan pengertian di
atas, maka ketrampilan variasi mengajar adalah perubahan tingkah laku yang
merupakan bentuk kegiatan mengajar siswa dengan tujuan menarik perhatian siswa
agar lebih giat berpartisipasi dalam proses belajar mengajar. Ketrampilan
variasi mengajar juga berarti upaya guru agar pembelajaran tidak membosankan,
menjenuhkan dan melelahkan. Siswa mempunyai antusias atau perhatian dan
partisipasi terhadap jalannya proses pembelajaran. [7]
Menurut Usman variasi stimulus
adalah suatu kegiatan guru dalam konteks interaksi belajar mengajar yang
ditujukan untuk mengatasi kebosanan siswa sehingga dalam situasi belajar
mengajar siswa senantiasa menunjukkan ketekunan, antusiasme serta penuh
partisipasi.[8]
Dari pendapat di atas dapat
dikatakan bahwa ketrampilan variasi mengajar adalah suatu proses perubahan
pengajaran dalam proses belajar mengajar untuk mencegah munculnya rasa bosan
atau kejenuhan siswa dalam pembelajaran yang disampaikan guru di kelas,
sehingga siswa dapat bersemangat kembali serta dapat berpartisipasi aktif dalam
menerima pelajaran yang disampaikan guru.
- Tujuan ketrampilan variasi mengajar
Penggunaan variasi dalam
mengajar yang dilakukan guru bertujuan untuk 1) Menarik perhatian siswa
terhadap materi pelajaran yang tengah dibicarakan, 2) Menjaga kestabilan proses
pembelajaran baik secara fisik maupun mental, 3) Membangkitkan motivasi belajar selama proses pembelajar, 4)
Mengatasi situasi dan mengurangi kejenuhan dalam proses pembelajaran dan 5)
Memberikan kemungkinan layanan
pembelajaran individual.[9]
Menurut Soetomo pemberian
variasi yang tepat dalam proses belajar mengajar akan dapat memberi manfaat
bagi siswa, yaitu 1) Dapat menimbulkan dan meningkatkan perhatian siswa terhadap
materi yang diberikan padanya, 2) Dapat memberi kesempatan berkembangnya bakat
ingin mengetahui dan menyelidiki dari siswa tentang hal baru, 3) Dapat memberi
motivasi kepada siswa untuk memusatkan perhatiannya pada proses belajar
mengajar, 4) Dapat menghindari kebosanan siswa dalam belajar, 5) Dapat
mendorong anak untuk mengadakan diskusi dengan temannya dan 6) Dapat meningkatkan kadar CBSA (Cara
Belajar Siswa Aktif).[10]
Penggunaan ketrampilan variasi
mengajar yang efektif dapat meningkatkan motivasi belajar siswa di dalam
belajar dan merupakan sarana bagi siswa untuk menyeleksi pelajaran apa saja
yang ia senangi dan siswa tidak akan merasa bosan atau jenuh terhadap pelajaran
tersebut. Dengan demikian kegiatan belajar mengajar akan lebih variatif dan tidak
monoton serta dapat mengembangkan kreatifitas seorang guru dalam mengajar.
Berdasarkan penjelasan di atas
tujuan pengadaan ketrampilan variasi mengajar lebih ditekankan pada tujuan
memelihara interaksi belajar mengajar antara guru dan siswa untuk mencapai
tujuan pendidikan. Selain itu, dengan ketrampilan variasi mengajar dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa.
- Prinsip-prinsip penggunaan ketrampilan variasi mengajar
Untuk dapat melaksanakan
ketrampilan variasi mengajar dengan baik guru tidak cukup hanya memahaminya
saja tetapi guru harus menerapkannya secara langsung dalam kelas. Ada tiga hal
yang perlu diperhatikan bagi guru dalam menggunakan ketrampilan variasi
mengajar, yaitu Ketrampilan variasi mengajar berhubungan erat dengan
ketrampilan dasar lainnya, sekaligus sebagai ketrampilan profesional guru.
Pemberian variasi harus didukung oleh ketrampilan penggunaan metode
pembelajaran dan ketrampilan mengajukan pertanyaan tetapi tidak menutup
kemungkinan harus didukung oleh kemampuan dasar lainnya. Ketrampilan variasi
mengajar perlu dirancang sedemikian rupa bahkan dimungkinkan untuk dimasukkan
dalam persiapan mengajar. Penggunaan ketrampilan variasi mengajar harus
dilakukan secara proposional artinya tidak dilakukan secara berlebihan karena
dapat mempengaruhi jalannya pembelajaran.[11]
Penggunaan ketrampilan variasi
mengajar juga harus memenuhi prinsi-prinsip, antara lain 1) Relevan dengan
tujuan pembelajaran bahwa variasi mengajar digunakan untuk menunjang
tercapainya kompetensi dasar, 2)Kontinyu dan fleksibel artinya variasi
digunakan secara terus menerus selama kegiatan belajar mengajar berlangsung dan
fleksibel sesuai kondisi, 3) Antusiasme dan hangat yang ditujukan oleh guru
selama kegiatan belajar mengajar berlangsung dan, 4) Relevan dengan tingkat
perkembangan peserta didik.[12]
- Komponen ketrampilan variasi mengajar
T. Gilarso, dkk mengolongkan
komponen ketrampilan variasi mengajar menjadi tiga komponen besar, yaitu
variasi dalam gaya mengajar, variasi dalam pola interaksi guru dan murid, serta
variasi dalam media pembelajaran.[13]
a. Variasidalam gaya mengajar guru (Teacher
levelnees)
Penguasaan materi pembelajaran
tanpa diimbangi dengan cara penyampaian didukung oleh gaya mengajar guru, maka
usaha guru akan sia-sia. Ketiga hal di atas penting dan harus dilakukan guru
saat melakukan pembelajaran.
Agar tidak terjadi kebosanan
anak dalam belajar, maka guru dapat melakukan variasi dalam gaya mengajarnya,
yang mana dalam memberi variasi gaya mengajar ini guru dapat melakukan melalui
beberapa usaha, antara lain :
1) Variasi dalam suara (voice variation)
Variasi suara adalah perubahan
suara dari keras menjadi lemah, dari tinggi menjadi rendah, dari cepat berubah
menjadi lambat, dari gembira menjadi sedih, atau pada saat memberikan tekanan
pada kata-kata tertentu.
Untuk mengikat perhatian anak
dan menjaga anak dari kebosanan, suara guru dalam mengajar hendaknya tidak
selalu sama dari awal hingga akhir, tetapi sebaiknya diberi variasi. Guru dapat
mempola tinggi rendah tekanan-tekanan tertentu untuk maksud-maksud tertentu.
Penggunaan variasi suara secara tepat, di samping menghilangkan kesan monoton
juga untuk menimbulkan kesan khusus saat memberikan tekanan pada kata-kata
tertentu.
2) Pemusatan Perhatian
Kemudahan belajar anak
dipengaruhi pula oleh kadar perhatian yang dipusatkan anak terhadap penjelasan
guru. Karena itu, merupakan tugas guru untuk merangsang munculnya perhatian
anak. Untuk membangkitkan perhatian anak, guru dapat melakukan teknik
“pemusatan perhatian”. Ada beberapa teknik yang dapat dilakukan guru untuk
memusatkan perhatian anak. Teknik tersebut adalah sebagai berikut :
a) Meminta anak untuk memperhatikan. “Coba
perhatikan …”
b) Mengatur tekanan suara, yang bermakna
perlu mendapat perhatian.
c) Dengan menunjukkan pengetahuan atau konsep
yang penting.
d) Dengan menggaris bawahi konsep penting.
e) Dengan pengulangan pengungkapan.[14]
3) Kesenyapan (Pausing/silence)
Ketika guru sedang menjelaskan
dapat saja perhatian siswa memudar. Apabila gejala tersebut ditemukan tugas
guru adalah membangkitkan kembali perhatian anak. Untuk itu, guru menggunakan
teknik “diam sejenak atau kesenyapan”.
Adanya kesenyapan atau diam
sejenak yang tiba-tiba dan disengaja selagi guru menerangkan sesuatu merupakan
alat yang baik untuk menarik perhatian siswa. Perubahan stimulus dari adanya
suara kepada keadaan tenang akan dapat membangkitkan perhatian siswa karena
siswa ingin tahu.
4) Kontak pandang (eye contact)
Kontak pandang yang diberikan guru secara
menyeluruh dapat menimbulkan perasaan anak bahwa dirinya diperhatikan. Dengan
demikian akan mengurangi peluang anak untuk menghindari belajar. Kontak pandang
dapat dimaknakan anak sebagai sikap antusiasme guru dalam mengajar. Jika
demikian perasaan anak, maka anak akan tergugah motivasi belajarnya. Kontak
pandang dapat dilakukan dengan bervariasi. Guru dapat melakukan pandangan
keseluruh kelas dan secara bervariasi ditujukan kepada kelompok siswa atau
siswa tertentu. Penggunaan variasi tersebut dapat dilakukan dengan
mempertimbangkan saat-saat yang tepat. Kondisi sesaat yang terjadi di kelas
dapat mendorong perlunya penggunaan variasi pandangan guru.
5) Ekspresi roman atau mimic (facial
espression)
Ekspresi roman muka dapat
dipakai sebagai sarana komunikasi antara guru dan siswa. Kesan antusiasme guru
juga dapat dimunculkan dengan membuat variasi mimic. Perubahan-perubahan mimic
dapat membantu siswa untuk menangkap makna yang disampaikan guru.
6) Gerakan anggota badan (gesturing)
Variasi dalam gerakan badan
merupakan bagian yang penting dalam komunikasi. Tidak hanya untuk menarik
perhatian saja, tetapi juga menolong menyampaikan arti pembicaraan.
7) Variasi dalam posisi guru di kelas
(movement)
Pergantian posisi guru di waktu
mengajar juga sangat perlu diadakan variasi. Kalau guru dalam mengajar dari
awal hingga akhir selalu duduk di kursi akan mengakibatkan minat anak untuk
menerima materi dari guru semakin menurun, begitu juga sebaliknya. Untuk itulah
posisi guru selama mengajar hendaknya selalu diadakan variasi. Variasi dalam
posisi dapat dilakukan dengan cara ke belakang, ke kiri, ke kanan, berdiri, duduk,
mendekati murid, dan lain sebagainya. Semua itu dilakukan dengan maksud-maksud
tetentu yang disesuaikan dengan situasi pada waktu itu, dan hendaknya variasi
ini dilakukan secara wajar tidak berlebihan.
8) Variasi dalam pola interaksi guru dan
murid
Pola interaksi guru dengan murid dalam proses belajar mengajar sangat
beraneka ragam coraknya, mulai dari kegiatan yang didominasi oleh guru sampai
kegiatan mandiri yang dilakukan oleh anak. Hal ini bergantung pada ketrampilan
guru dalam mengola proses belajar mengajar. Penggunaan variasi pola interaksi
ini dimaksudkan agar tidak menimbulkan
kebosanan, kejenuhan serta untuk menghidupkan suasana kelas demi keberhasilan
murid dalam mencapai tujuan.
a) Variasi dalam media pembelajaran.
Tiap anak didik memiliki kemampuan indra yang
tidak sama, baik pendengaran maupun penglihatannya, demikian juga kemampuan
bicara. Dengan variasi penggunaan media, kelemahan indra yang dimiliki tiap
anak didik dapat dikurangi. Media belajardilihat dari indra yang digunakan
dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu :
(1) Media pandang
Penggunaan media pandang dapat
diartikan sebagai pengguaan alat dan bahan ajaran khusus untuk komunikasi,
seperti buku, majalah, globe, peta, majalah dinding, film TV, radio, recorder,
gambar, grafik, model dan lain-lain.
(2) Media dengar
Pada umumnya dalam proses belajar
mengajar di kelas, suara guru adalah alat utama dalam komunikasi. Variasi dalam
penggunaan media dengar memerlukan kombinasi dengan media pandang dan media
taktil. Sejumlah media dengar dapat dipakai antara lain pembicaraan anak didik,
rekaman bunyi dan suara, rekaman musik, rekaman drama, wawancara, dan
lain-lain.
(3) Media taktil
Media taktil adalah media yang
memberi kesempatan kepada anak didik untuk menyentuh dan memanipulasi benda
atau bahan ajar. Dalam hal ini akan melibatkan anak didik dalam kegiatan
penyusunan atau pembuatan model, yang hasilnya dapat disebutkan dan dilakukan
secara individu atau kelompok kecil, misalnya dalam pelajaran ekonomi dapat
mengumpulkan jenis mata uang, dan lain-lain.[1]
Karena banyaknya mata
pelajaran maka tujuan untuk setiap mata pelajaranpun berbeda-beda pula. Hal ini
memungkinkan seorang guru untuk memilih metode untuk mencapai tujuan tersebut.
Pemilihan metode yang salah akan menghambat pencapaian tujuan. Untuk itu
berikut ini akan dijelaskan beberapa metode yang mingkin dapat dipergunakan
dalam pembelajaran pendidikan agama. Metode-metode tersebut antara lain :
a. Metode mengingat
Metode mengingat adalah metode
yang digunakan untuk mengingat kembali sesuatu yang pernah dibaca secara benar
seperti apa adanya. Metode ini banyak digunakan untuk menghafal ayat-ayat
Al-Qur’an atau Hadits. Ada empat langkah yang perlu dilakukan dalam menggunakan
metode ini yaitu :
1) Merefleksi, yaitu memperhatikan bahan yang
sedang dipelajari baik dari segi tulisan dan tanda bacanya maupun syakalnya.
2) Mengulang yakni membaca dan atau mengikuti
berulang-ulang apa yang diucapkan oleh guru.
3) Meresitasi yaitu mengulang secara
individual guna menunjukkan perolehan hasil belajar tentang apa yang telah
dipelajari.
4) Retensi yaitu ingatan yang telah dimiliki
mengenai apa yang telah dipelajari bersifat permanen.[2]
b. Metode ceramah
Ceramah adalah penuturan bahan
secara lisan. Metode ini merupakan kombinasi dari metode hafalan, diskusi, dan
Tanya jawab. Langkah-langkah yang perlu diperhatikan dalam menggunakan metode
ceramah adalah :
1) Tahap persiapan, yaitu tahap guru untuk
menciptakan kondisi belajar yang baik sebelum mengajar dimulai.
2) Tahap penyajian, yaitu guru menyampaikan
bahan ceramah
3) Tahap asosiasi, yaitu memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menghubungkan dan membandingkan bahan ceramah
yang telah diterimanya. Pada tahap ini siswa diajak Tanya jawab atau diskusi.
4) Tahap generalisasi atau kesimpulan, yaitu
tahap menyimpulkan hasil ceramah.
5) Tahap aplikasi/evaluasi, yaitu tahap
penilaian terhadap pemahaman siswa mengenai bahan yang telah diberikan.[3]
c. Metode diskusi
Diskusi adalah tukar menukar informasi,
pendapat, dan unsur-unsur pengalaman secara teratur dengan maksud untuk
mendapat pengertian bersama yang lebih jelas
dan lebih teliti tentang sesuatu, atau untuk menyelesaikan keputusan
bersama. Ada tiga langkah utama dalam metode diskusi, yaitu :
1) Penyajian, yaitu pengenalan terhadap
masalah atau topik yang meminta pendapat, evaluasi dan pemecahan dari siswa
2) Bimbingan, yaitu pengarahan yang terus
menerus dan bertujuan yang diberikan guru selama proses diskusi. Pengarahan ini
diharapkan dapat menyatukan pikiran-pikiran yang telah dikemukakan.
3) pengikhtisaran, yaitu rekapitulasi
pokok-pokok pikiran penting dalam diskusi
d. Metode Tanya jawab
Metode tanya jawab adalah
suatu cara penyajian bahan pelajaran melalui
bentuk pertanyaan yang perlu dijawab oleh siswa. Penggunaan metode ini
bermaksud memotivasi siswa untuk bertanya selama proses belajar mengajar, atau
guru yang bertanya dan siswa menjawabnya. Isi pertanyaan tidak harus mengenai
pelajaran yang sedang diajarkan, tetapi bisa juga mengenai pertanyaan yang
lebih luas yang berkaitan dengan pelajaran.
e. Metode demonstrasi.
Demonstrasi adalah suatu
metode yang digunakan untuk memperlihatkan bagaimana proses terjadinya sesuatu
atau cara kerja sesuatu yang berkenaan dengan bahan pelajaran. Dengan
demonstrasi penerimaan siswa terhadap pelajaran akan berkesan secara mendalam.
Metode ini hampir sama dengan metode eksperimen.
f.
Metode
pemecahan masalah
Metode problem solving atau pemecahan masalah
bukan hanya sekedar metode mengajar tetapi merupakan suatu metode berpikir,
karena metode ini memberikan latihan kepada murid dalam berpikir. Metode
pemecahan masalah dapat dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut : 1)
Pengenalan kesulitan, 2) Pendefisian masalah, 3) Saran-saran mengenai berbagai
kemungkinan pemecahan, 4) Pengujian hipotesis, 5) Memverifikasi kesimpulan.
g. Metode karya wisata
Metode karyawisata ialah suatu
cara penguasaan bahan pelajaran oleh siswa dengan jalan membawa mereka langsung
ke objek yang terdapat di luar kelas atau di lingkungan kehidupan nyata, agar
mereka dapat mengamati atau mengalami secara langsung.
h. Metode studi kasus
Metode studi kasus pertama-tama digunakan dalam bidang hukum yang
kemudian berkembang pada bidang pendidikan. Metode studi kasus bukan saja
memberikan pengalaman dalam mengambil keputusan, akan tetapi juga merangsang
konseptualisasi yang didasarkan pada kasus individu. Metode ini juga dapat
merangsang diskusi dan interaksi dalam kelomok. Metode studi kasus dapat
dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikt, 1) Pamilihan kasus, 2)
Membaca, 3) Analisis, dan 4) Diskusi.
[1] Syaiful
Bahri Djamarah, Op.Cit. hal. 128-129.
[2] Muhaimin.
Op.Cit. hal. 82-83.
[3] Nana Sudjana, Op.Cit. hal. 77-78.
[1]W.J.
Poerwodarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 1976.
hal. 1088
[2] Wojowasisto, Kamus Bahasa Indonesia,
Bandung : Shinta Dharma, 1976. hal. 330.
[3] Harimurti Kridalaksana, Kamus
Sinonim Bahasa Indonesia, Flores : Nusa Indah, 1985. hal. 206.
[4] C.P. Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi,
Jakarta : Rajawali Pers, 1989, hal. 528.
[5] Muhaimin,
Abd. Ghofir dan Nur Ali, Op.Cit. hal. 55.
[6] Muh.
Uzer Usman, Op.Cit. hal. 3
[7] Siti
Fatimah Sunaryo, Op.Cit. hal. 54.
[8] Muh.
Uzer Usman., Op.Cit. hal. 76.
[9] Siti
Kusrini, Opcit. hal. 107-108
[10] Soetomo, Dasar-Dasar Interaksi Belajar
Mengajar, hlm. 101
[11] Siti
Fatimah Sunaryo, Opcit. hlm. 54-55
[12] Siti
kusrini, Opcit. hlm. 108.
[13] Siti
Fatimah Sunaryo, Opcit. hlm. 55-56.
[14] Siti
Kusrini, Opcit, hlm. 110-111
0 komentar:
Post a Comment