-->
LAPORAN
BUDIDAYA PERIKANAN
IKAN LELE
-___-
Disusun oleh :
Anik Okvitasari K. ( 02 )
Catur Apin Subekti ( 04 )
Alvionita ( 18 )
Laily Ulandaru ( 24 )
XI IPA 2
SEKOLAH MENENGAH ATAS
NEGERI 1 JETIS BANTUL
YOGYAKARTA
2010 / 2011
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami
panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah keterampilan budidaya mengenai
Pembudidayaan “Ikan Lele”.
Dalam penyelesaian tugas
ini kami tidak lupa menucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang mendukung
kami dalam pembuatan makalah ini, antara lain kepada :
1. Bapak Drs. H. Wiyono selaku kepala
Sekolah SMA N 1 Jetis, yang telah memberikan izin.
2. Ibu Ranti Hartanti, S.Pd. dan Ibu
Rofida, selaku pembimbing mata pelajaran Keterampilan Budidaya.
3. Dan semua pihak yang tidak dapat kami
sebutkan satu per satu yang telah mendukung dalam pembuatan makalah ini.
Kami menyadari bahwa
makalah ini masih sangat jauh dari kata sempurna, untuk itu kritik dan saran
dari semua pihak sangat diharapkan sebagai masukan bagi kami. Akhir kata, kami
mengucapkan terima ksih.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Lele merupakan ikan yang berhabitat
di air tawar. Untuk membudidayakan ikan ini tidaklah sulit. Baik perawatan
kolam dan ikan, maupun pemberian makanannya. Selain itu, ikan Lele sangat
dihgemari oleh masyarakat. Seringkali masyarakat mengkonsumsi ikan Lele, dari
yang digoreng sampai yang dibakar, hal itu menunjukkan bahwa ikan Lele memiliki
banyak peminat di pasaran.
Dengan adanya tugas ini dapat
menjadikan para siswa SMA N 1 Jetis, khususnya siswa kelas XI IPA 2 lebih
bertambah wawasan dan pengalamannya dalam Bidang Ilmu Kweirausahaan.
B.
Rumusan Masalah
1. Seperti apa kolam yang cocok untuk
jenis ikan lele?
2. Apa jenis makanan yang cocok untuk
ikan lele?
3. Bagaimana cara pemeliharaan ikan lele
yang benar?
4. Bagaimana proses pembibitan ikan
lele?
5. Bagaimana proses pemasaran ikan lele?
C.
Tujuan
1. Mendiskripsikan kolam yang cocok
untuk jenis ikan lele.
2. Mendiskripsikan jenis makanan yang
cocok untuk ikan lele.
3. Mendiskripsikan cara pemeliharaan
ikan lele yang benar.
4. Mendiskripsikan proses pembibitan
ikan lele.
5. Mendiskripsikan proses pemasaran ikan
lele.
D.
Manfaat
1. Bagi peneliti, makalah ini dapat
menambah pengetahuan dan wawasan tentang dunia kewirausahaan, serta dapat
digunakan sebagai pedoma uintuk memulai sebuah usaha baru.
2. Bagi pembaca, mekalah ini dapat
menjadikan kajian awal untuk memulai suatu bidang usaha sendiri.
3. Bagi pengusaha, makalah ini dapat
menjadi kajian awal untuk memperbaiki bidang usahanya, karena dapat dijadikan
sebagai pedoman.
BAB II
KAJIAN TEORI
IKAN LELE
Lele
kampung, Clarias batrachus
A.
SEJARAH SINGKAT
Lele
merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan tubuh memanjang dan kulit licin.
Di Indonesia ikan lele mempunyai beberapa nama daerah, antara lain: ikan kalang
(Padang), ikan maut (Gayo, Aceh), ikan pintet (Kalimantan Selatan), ikan keling
(Makasar), ikan cepi (Bugis), ikan lele atau lindi (Jawa Tengah). Sedang di
negara lain dikenal dengan nama mali (Afrika), plamond (Thailand), ikan keli
(Malaysia), gura magura (Srilangka), ca tre trang (Jepang). Dalam bahasa Inggris
disebut pula catfish, siluroid, mudfish dan walking catfish. Ikan lele tidak
pernah ditemukan di air payau atau air asin. Habitatnya di sungai dengan arus
air yang perlahan, rawa, telaga, waduk, sawah yang tergenang air. Ikan lele
bersifat noctural, yaitu aktif bergerak mencari makanan pada malam hari. Pada
siang hari, ikan lele berdiam diri dan berlindung di tempat-tempat gelap. Di
alam ikan lele memijah pada musim penghujan.
B.
SENTRA PERIKANAN
Ikan
lele banyak ditemukan di benua Afrika dan Asia. Dibudidayakan di Thailand,
India, Philipina dan Indonesia. Di Thailand produksi ikan lele 970
kg/100m2/tahun. Di India (daerah Asam) produksinya rata-rata tiap ± 7 bulan mencapai 1200 kg/Ha.
C.
MANFAAT
1. Sebagai bahan makanan
2. Ikan lele dari jenis C. batrachus
juga dapat dimanfaatkan sebagai ikan pajangan atau ikan hias.
3. Ikan lele yang dipelihara di sawah dapat
bermanfaat untuk memberantas hama padi berupa serangga air, karena merupakan
salah satu makanan alami ikan lele.
4. Ikan lele juga dapat diramu dengan
berbagai bahan obat lain untuk mengobati penyakit asma, menstruasi (datang
bulan) tidak teratur, hidung berdarah, kencing darah dan lain-lain.
D.
PERSYARATAN LOKASI
1. Tanah yang baik untuk kolam
pemeliharaan adalah jenis tanah liat/lempung, tidak berporos, berlumpur dan
subur. Lahan yang dapat digunakan untuk budidaya lele dapat berupa: sawah,
kecomberan, kolam pekarangan, kolamkebun, dan blumbang.
2. Ikan lele hidup dengan baik di daerah
dataran rendah sampai daerah yang tingginya maksimal 700 m dpl.
3. Elevasi tanah dari permukaan sumber
air dan kolam adalah 5-10%.
4. Lokasi untuk pembuatan kolam harus
berhubungan langsung atau dekat dengan sumber air dan tidak dekat dengan jalan
raya.
5. Lokasi untuk pembuatan kolam
hendaknya di tempat yang teduh, tetapi tidak berada di bawah pohon yang daunnya
mudah rontok.
6. Ikan lele dapat hidup pada suhu 200
C, dengan suhu optimal antara 25-280 C. Sedangkan untuk pertumbuhan larva
diperlukan kisaran suhu antara 26-300C dan untuk pemijahan 24-280 C.
7. Ikan lele dapat hidup dalam perairan
agak tenang dan kedalamannya cukup, sekalipun kondisi airnya jelek, keruh,
kotor dan miskin zat O2.
8. Perairan tidak boleh tercemar oleh
bahan kimia, limbah industri, merkuri, atau mengandung kadar minyak atau bahan
lainnya yang dapat mematikan ikan.
9. Perairan yang banyak mengandung
zat-zat yang dibutuhkan ikan dan bahan makanan alami. Perairan tersebut bukan
perairan yang rawan banjir.
10. Permukaan perairan tidak boleh
tertutup rapat oleh sampah atau daundaunan hidup, seperti enceng gondok.
11. Mempunyai pH 6,5–9; kesadahan
(derajat butiran kasar ) maksimal 100 ppm dan optimal 50 ppm; turbidity
(kekeruhan) bukan lumpur antara 30–60 cm; kebutuhan O2 optimal pada range yang
cukup lebar, dari 0,3 ppm untuk yang dewasa sampai jenuh untuk burayak; dan
kandungan CO2 kurang dari 12,8 mg/liter, amonium terikat 147,29-157,56
mg/liter.
12. Persyaratan untuk pemeliharaan ikan
lele di keramba :
a. Sungai atau saluran irigasi tidak
curam, mudah dikunjungi/dikontrol.
b. Dekat dengan rumah pemeliharaannya.
c. Lebar sungai atau saluran irigasi
antara 3-5 meter.
d. Sungai atau saluran irigasi tidak
berbatu-batu, sehingga keramba mudah dipasang.
e. Kedalaman air 30-60 cm.
E.
PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
1. Penyiapan Sarana dan Peralatan
Dalam pembuatan kolam pemeliharaan
ikan lele sebaiknya ukurannya tidak terlalu luas. Hal ini untuk memudahkan
pengontrolan dan pengawasan. Bentuk dan ukuran kolam pemeliharaan bervariasi,
tergantung selera pemilik dan lokasinya. Tetapi sebaiknya bagian dasar dan
dinding kolam dibuat permanen. Pada minggu ke 1-6 air harus dalam keadaan
jernih kolam, bebas dari pencemaran maupun fitoplankton. Ikan pada usia 7-9
minggu kejernihan airnya harus dipertahankan. Pada minggu 10, air dalam
batas-batas tertentu masih diperbolehkan. Kekeruhan menunjukkan kadar bahan
padat yang melayang dalam air (plankton). Alat untuk mengukur kekeruhan air
disebut secchi. Prakiraan kekeruhan air berdasarkan usia lele (minggu) sesuai
angka secchi :
- Usia 10-15 minggu, angka secchi = 30-50
- Usia 10-15 minggu, angka secchi = 30-50
- Usia 16-19 minggu, angka secchi = 30-40
- Usia 20-24 minggu, angka secchi =
30
2. Penyiapan Bibit
1) Pemilihan Induk
a) Ciri-ciri induk lele jantan:
• Kepalanya lebih kecil dari induk
ikan lele betina.
• Warna kulit dada agak tua bila
dibanding induk ikan lele betina.
• Urogenital papilla (kelamin) agak
menonjol, memanjang ke arah belakang, terletak di belakang anus, dan warna
kemerahan.
• Gerakannya lincah, tulang kepala
pendek dan agak gepeng (depress).
• Perutnya lebih langsing dan kenyal
bila dibanding induk ikan lele betina.
• Bila bagian perut di stripping
secara manual dari perut ke arah ekor akan mengeluarkan cairan putih kental
(spermatozoa-mani).
• Kulit lebih halus dibanding induk
ikan lele betina.
b) Ciri-ciri induk lele betina
• Kepalanya lebih besar dibanding
induk lele jantan.
• Warna kulit dada agak terang.
• Urogenital papilla (kelamin)
berbentuk oval (bulat daun), berwarna kemerahan, lubangnya agak lebar dan
terletak di belakang anus.
• Gerakannya lambat, tulang kepala
pendek dan agak cembung.
• Perutnya lebih gembung dan lunak.
• Bila bagian perut di stripping
secara manual dari bagian perut ke arah ekor akan mengeluarkan cairan
kekuning-kuningan (ovum/telur).
c) Syarat induk lele yang baik:
• Kulitnya lebih kasar dibanding
induk lele jantan.
• Induk lele diambil dari lele yang
dipelihara dalam kolam sejak kecil supaya terbiasa hidup di kolam.
• Berat badannya berkisar antara
100-200 gram, tergantung kesuburan badan dengan ukuran panjang 20-5 cm.
• Bentuk badan simetris, tidak
bengkok, tidak cacat, tidak luka, dan lincah.
• Umur induk jantan di atas tujuh
bulan, sedangkan induk betina berumur satu tahun.
• Frekuensi pemijahan bisa satu bula
sekali, dan sepanjang hidupnya bisa memijah lebih dari 15 kali dengan syarat
apabila makanannya mengandung cukup protein.
d) Ciri-ciri induk lele siap memijah
adalah calon induk terlihat mulai berpasang-pasangan, kejar-kejaran antara yang
jantan dan yang betina. Induk tersebut segera ditangkap dan ditempatkan dalam
kolam tersendiri untuk dipijahkan.
e) Perawatan induk lele:
- Selama masa pemijahan dan masa
perawatan, induk ikan lele diberi makanan yang berkadar protein tinggi seperti
cincangan daging bekicot, larva lalat/belatung, rayap atau makanan buatan
(pellet). Ikan lele membutuhkan pellet dengan kadar protein yang relative
tinggi, yaitu 60%. Cacing sutra kurang baik untuk makanan induk lele, karena ± kandungan lemaknya tinggi. Pemberian
cacing sutra harus dihentikan seminggu menjelang perkawinan atau pemijahan.
• Makanan diberikan pagi hari dan
sore hari dengan jumlah 5-10% dari berat total ikan.
• Setelah benih berumur seminggu,
induk betina dipisahkan, sedangkan induk jantan dibiarkan untuk menjaga
anak-anaknya. Induk jantan baru bisa dipindahkan apabila anak-anak lele sudah
berumur 2 minggu.
• Segera pisahkan induk-induk yang
mulai lemah atau yang terserang penyakit untuk segera diobati.
• Mengatur aliran air masuk yang
bersih, walaupun kecepatan aliran tidak perlu deras, cukup 5-6 liter/menit.
2) Pemijahan Tradisional
a) Kolam dapat berupa tanah
seluruhnya atau tembok sebagian dengan dasar tanah.
b) Luas bervariasi, minimal 50 m2.
c) Kolam terdiri dari 2 bagian, yaitu
bagian dangkal (70%) dan bagian dalam (kubangan) 30 % dari luas kolam. Kubangan
ada di bagian tengah kolam dengan kedalaman 50-60 cm, berfungsi untuk bersembunyi
induk, bila kolam disurutkan airnya.
d) Pada sisi-sisi kolam ada sarang
peneluran dengan ukuran 30x30x25 cm3, dari tembok yang dasarnya dilengkapi
saluran pengeluaran dari pipa paralon diamneter 1 inchi untuk keluarnya banih
ke kolam pendederan.
e) Setiap sarang peneluran mempunyai
satu lubang yang dibuat dari pipa 4 inchi untuk masuknya induk-induk lele. ±paralon (PVC) ukuran 1 m. ±f) Jarak antar sarang peneluran
g) Kolam dikapur merata, lalu
tebarkan pupuk kandang (kotoran ayam) sebanyak 500-750 gram/m2.
h) Airi kolam sampai batas kubangan,
biarkan selama 4 hari.
3. Pemeliharaan Pembesaran
1) Pemupukan
a) Sebelum digunakan kolam dipupuk
dulu. Pemupukan bermaksud untuk menumbuhkan plankton hewani dan nabati yang
menjadi makanan alami bagi benih lele.
b) Pupuk yang digunakan adalah pupuk
kandang (kotoran ayam) dengan dosis 500-700 gram/m2. Dapat pula ditambah urea
15 gram/m2, TSP 20 gram/m2, dan amonium nitrat 15 gram/m2. Selanjutnya
dibiarkan selama 3 hari.
c) Kolam diisi kembali dengan air
segar. Mula-mula 30-50 cm dan dibiarkan selama satu minggu sampai warna air
kolam berubah menjadi coklat atau kehijauan yang menunjukkan mulai banyak
jasad-jasad renik yang tumbuh sebagai makanan alami lele.
d) Secara bertahap ketinggian air
ditambah, sebelum benih lele ditebar.
2) Pemberian Pakan
a) Makanan Alami Ikan Lele
• Makanan alamiah yang berupa
Zooplankton, larva, cacing-cacing, dan serangga air.
• Makanan berupa fitoplankton adalah
Gomphonema spp (gol. Diatome), Anabaena spp
(gol. Cyanophyta), Navicula spp (gol.
Diatome), ankistrodesmus spp (gol. Chlorophyta).
• Ikan lele juga menyukai makanan
busuk yang berprotein.
• Ikan lele juga menyukai kotoran
yang berasal dari kakus.
b) Makanan Tambahan
• Pemeliharaan di kecomberan dapat
diberi makanan tambahan berupa sisa-sisa makanan keluarga, daun kubis, tulang
ikan, tulang ayam yang dihancurkan, usus ayam, dan bangkai.
• Campuran dedak dan ikan rucah (9:1) atau campuran bekatul, jagung, dan bekicot (2:1:1).
c) Makanan Buatan (Pellet)
• Campuran dedak dan ikan rucah (9:1) atau campuran bekatul, jagung, dan bekicot (2:1:1).
c) Makanan Buatan (Pellet)
• Komposisi bahan (% berat): tepung
ikan=27,00; bungkil kacang kedele=20,00; tepung terigu=10,50; bungkil kacang
tanah=18,00; tepung kacang hijau=9,00; tepung darah=5,00; dedak=9,00;
vitamin=1,00; mineral=0,500;
• Proses pembuatan:
• Dengan cara menghaluskan
bahan-bahan, dijadikan adonan seperti pasta, dicetak dan dikeringkan sampai
kadar airnya kurang dari 10%. Penambahan lemak dapat diberikan dalam bentuk
minyak yang dilumurkan pada pellet sebelum diberikan kepada lele. Lumuran
minyak juga dapat memperlambat pellet tenggelam.
• Cara pemberian pakan:
• Pellet mulai dikenalkan pada ikan
lele saat umur 6 minggu dan diberikan pada ikan lele 10-15 menit sebelum
pemberian makanan yang berbentuk tepung.
• Pada minggu 7 dan seterusnya sudah
dapat langsung diberi makanan yang berbentuk pellet.
• Hindarkan pemberian pakan pada saat terik matahari, karena suhu tinggi dapat mengurangi nafsu makan lele.
• Hindarkan pemberian pakan pada saat terik matahari, karena suhu tinggi dapat mengurangi nafsu makan lele.
3) Pemberian Vaksinasi
Cara-cara vaksinasi sebelum benih
ditebarkan:
• Untuk mencegah penyakit karena
bakteri, sebelum ditebarkan, lele yang berumur 2 minggu dimasukkan dulu ke
dalam larutan formalin dengan dosis 200 ppm selama 10-15 menit. Setelah
divaksinasi lele tersebut akan kebal selama 6 bulan.
• Pencegahan penyakit karena bakteri
juga dapat dilakukan dengan menyutik dengan terramycin 1 cc untuk 1 kg induk.
• Pencegahan penyakit karena jamur
dapat dilakukan dengan merendam lele dalam larutan Malachite Green Oxalate
2,5–3 ppm selama 30 menit.
4) Pemeliharaan Kolam/Tambak
• Kolam diberi perlakuan pengapuran
dengan dosis 25-200 gram/m2 untuk memberantas hama dan bibit penyakit.
• Air dalam kolam/bak dibersihkan 1
bulan sekali dengan cara mengganti semua air kotor tersebut dengan air bersih
yang telah diendapkan 2 malam.
• Kolam yang telah terjangkiti
penyakit harus segera dikeringkan dan dilakukan pengapuran dengan dosis 200
gram/m2 selama satu minggu. Tepung kapur (CaO) ditebarkan merata di dasar
kolam, kemudian dibiarkan kering lebih lanjut sampai tanah dasar kolam retak-retak.
F.
HAMA DAN PENYAKIT
a. Hama dan Penyakit
1) Hama pada lele adalah
binatang tingkat tinggi yang langsung mengganggu kehidupan lele.
2) Di alam bebas dan di
kolam terbuka, hama yang sering menyerang lele antara lain: berang-berang,
ular, katak, burung, serangga, musang air, ikan gabus dan belut.
3) Di pekarangan,
terutama yang ada di perkotaan, hama yang sering menyerang hanya katak dan
kucing. Pemeliharaan lele secara intensif tidak banyak diserang hama. Penyakit
parasit adalah penyakit yang disebabkan oleh organisme tingkat rendah seperti
virus, bakteri, jamur, dan protozoa yang berukuran kecil.
a) Penyakit karena
bakteri Aeromonas hydrophilla dan Pseudomonas hydrophylla
Bentuk bakteri ini
seperti batang dengan polar flage (cambuk yang terletak di ujung batang), dan
cambuk ini digunakan untuk bergerak, berukuran 0,7–0,8 x 1–1,5 mikron.
Gejala: iwarna tubuh menjadi gelap, kulit kesat dan timbul pendarahan, bernafas megap-megap di permukaan air.
Gejala: iwarna tubuh menjadi gelap, kulit kesat dan timbul pendarahan, bernafas megap-megap di permukaan air.
Pengendalian: memelihara
lingkungan perairan agar tetap bersih, termasuk kualitas air. Pengobatan
melalui makanan antara lain: (1) Terramycine dengan dosis 50 mg/kg ikan/hari,
diberikan selama 7–10 hari berturut-turut. (2) Sulphonamid sebanyak 100 mg/kg
ikan/hari selama 3–4 hari.
b) Penyakit Tuberculosis
Penyebab: bakteri
Mycobacterium fortoitum).
Gejala: tubuh ikan
berwarna gelap, perut bengkak (karena tubercle/bintil-bintil pada hati, ginjal,
dan limpa). Posisi berdiri di permukaan air, berputar-putar atau miring-miring,
bintik putih di sekitar mulut dan sirip.
Pengendalian: memperbaiki
kualitas air dan lingkungan kolam.
Pengobatan: dengan Terramycin dicampur dengan makanan 5–7,5 gram/100 kg ikan/hari selama 5–15 hari.
Pengobatan: dengan Terramycin dicampur dengan makanan 5–7,5 gram/100 kg ikan/hari selama 5–15 hari.
c) Penyakit karena
jamur/candawan Saprolegnia.
Jamur ini tumbuh menjadi
saprofit pada jaringan tubuh yang mati atau ikan yang kondisinya lemah.
Gejala: ikan ditumbuhi sekumpulan benang halus seperti kapas, pada daerah luka atau ikan yang sudah lemah, menyerang daerah kepala tutup insang, sirip, dan tubuh lainnya. Penyerangan pada telur, maka telur tersebut diliputi benang seperti kapas.
Gejala: ikan ditumbuhi sekumpulan benang halus seperti kapas, pada daerah luka atau ikan yang sudah lemah, menyerang daerah kepala tutup insang, sirip, dan tubuh lainnya. Penyerangan pada telur, maka telur tersebut diliputi benang seperti kapas.
Pengendalian: benih
gelondongan dan ikan dewasa direndam pada Malachyte Green Oxalate 2,5–3 ppm
selama 30 menit dan telur direndam Malachyte Green Oxalate 0,1–0,2 ppm selama 1
jam atau 5–10 ppm selama 15 menit.
d) Penyakit Bintik Putih
dan Gatal/Trichodiniasis
Penyebab: parasit dari
golongan Ciliata, bentuknya bulat, kadang-kadang amuboid, mempunyai inti
berbentuk tapal kuda, disebut Ichthyophthirius multifilis.
Gejala: (1) ikan yang
diserang sangat lemah dan selalu timbul di permukaan air; (2) terdapat
bintik-bintik berwarna putih pada kulit, sirip dan insang; (3) ikan sering
menggosok-gosokkan tubuh pada dasar atau dinding kolam.
Pengendalian: air harus
dijaga kualitas dan kuantitasnya.
Pengobatan: dengan cara
perendaman ikan yang terkena infeksi pada campuran larutan Formalin
25 cc/m3 dengan larutan
Malachyte Green Oxalate 0,1 gram/m3 selama 12–24 jam, kemudian ikan diberi air
yang segar. Pengobatan diulang setelah 3 hari.
e) Penyakit Cacing
Trematoda
Penyebab: cacing kecil
Gyrodactylus dan Dactylogyrus. Cacing Dactylogyrus menyerang insang, sedangkan
cacing Gyrodactylus menyerang kulit dan sirip.
Gejala: insang yang
dirusak menjadi luka-luka, kemudian timbul pendarahan yang akibatnya pernafasan
terganggu.
Pengendalian: (1)
direndam Formalin 250 cc/m3 air selama 15 menit; (2) Methyline Blue 3 ppm
selama 24 jam; (3) mencelupkan tubuh ikan ke dalam 30 menit; (4) memakai ±larutan Kalium -Permanganat (KMnO4)
0,01% selama 30 menit; (5) dapat juga
memakai larutan NH4OH ±larutan
NaCl 2% selama 10 menit. ±0,5% selama
f) Parasit Hirudinae
Penyebab: lintah
Hirudinae, cacing berwarna merah kecoklatan. Gejala: pertumbuhannya lambat,
karena darah terhisap oleh parasit, sehingga menyebabkan anemia/kurang darah.
Pengendalian: selalu diamati pada saat mengurangi padat tebar dan dengan larutan Diterex 0,5 ppm.
b. Hama Kolam/Tambak
Pengendalian: selalu diamati pada saat mengurangi padat tebar dan dengan larutan Diterex 0,5 ppm.
b. Hama Kolam/Tambak
Apabila lele menunjukkan
tanda-tanda sakit, harus dikontrol factor penyebabnya, kemudian kondisi
tersebut harus segera diubah, misalnya :
1) Bila suhu terlalu
tinggi, kolam diberi peneduh sementara dan air diganti dengan yang suhunya
lebih dingin.
2) Bila pH terlalu
rendah, diberi larutan kapur 10 gram/100 l air.
3) Bila kandungan gas-gas
beracun (H2S, CO2), maka air harus segera diganti.
4) Bila makanan kurang,
harus ditambah dosis makanannya.
G.
PANEN
a. Penangkapan
Beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam pemanenan:
1) Lele dipanen pada umur
6-8 bulan, kecuali bila dikehendaki, sewaktu-waktu dapat dipanen. Berat
rata-rata pada umur tersebut sekitar 200 gram/ekor.
2) Pada lele Dumbo,
pemanenan dapat dilakukan pada masa pemeliharaan 3-4 bulan dengan berat 200-300
gram per ekornya. Apabila waktu pemeliharaan ditambah 5-6 bulan akan mencapai
berat 1-2 kg dengan panjang 60-70 cm.
3) Pemanenan sebaiknya
dilakukan pada pagi hari supaya lele tidak terlalu kepanasan.
4) Kolam dikeringkan
sebagian saja dan ikan ditangkap dengan menggunakan seser halus, tangan,
lambit, tangguh atau jaring.
5) Bila penangkapan
menggunakan pancing, biarkan lele lapar lebih dahulu.
6) Bila penangkapan
menggunakan jaring, pemanenan dilakukan bersamaan dengan pemberian pakan,
sehingga lele mudah ditangkap.
7) Setelah dipanen,
piaralah dulu lele tersebut di dalam tong/bak/hapa selama 1-2 hari tanpa diberi
makan agar bau tanah dan bau amisnya hilang.
8) Lakukanlah penimbangan
secepat mungkin dan cukup satu kali.
b. Pembersihan
Setelah ikan lele
dipanen, kolam harus dibersihkan dengan cara:
1) Kolam dibersihkan
dengan cara menyiramkan/memasukkan larutan kapur sebanyak 20-200 gram/m2 pada
dinding kolam sampai rata.
2) Penyiraman dilanjutkan
dengan larutan formalin 40% atau larutan permanganat kalikus (PK) dengan cara
yang sama.
3) Kolam dibilas dengan
air bersih dan dipanaskan atau dikeringkan dengan sinar matahari langsung. Hal
ini dilakukan untuk membunuh penyakit yang ada di kolam.
H.
PASCAPANEN
1. Setelah dipanen, lele dibersihkan
dari lumpur dan isi perutnya. Sebelum dibersihkan sebaiknya lele dimatikan
terlebih dulu dengan memukul kepalanya memakai muntu atau kayu.
2. Saat mengeluarkan kotoran, jangan
sampai memecahkan empedu, karena dapat menyebabkan daging terasa pahit.
3. Setelah isi perut dikeluarkan, ikan
lele dapat dimanfaatkan untuk berbagai ragam masakan.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1. Ikan Lele mudah dikembangkan dan
dipelihara dengan toleransi yang tinggi terhadap lingkungan.
2. Ikan Lele banyak digemari oleh
masyarakat karena mempunyai cita rasa yang tinggi sehingga disebut sebagai ikan
konsumsi.
3. Pemeliharaan ikan Lele dapat
dilakukan dengan mudah.
B.
Saran
1. Bagi pengusaha ikan Lele dapat
mengambil manfaat dari makalah ini.
2. Bagi pembaca dapat mengetahui manfaat
ikan lele dari makalah ini.
3. Bagi peneliti pengamatan ini dapat
dijadikan pedoman pembaca atau pebisnis.
DAFTAR PUSTAKA
http://benihikan.net/lele/budidaya-lele-di-kolam-terpal/
http://www.hulusungaitengahkab.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=957:budidaya-lele-kolam-bak-tembok-&catid=16:ekonomi-bisnis&Itemid=44
http://id.wikipedia.org/wiki/Lele
www.geocities.com/yasmuipsht6/jenis-lele
Suyanto, SR. 1991. Budidaya Ikan
Lele. Penebar Swadaya. Jakarta.
http://alamendah.wordpress.com/2009/09/21/klasifikasi-dan-jenis-ikan-lele/
http://budidaya-di.blogspot.com/2009/11/budidaya-ikan-lele-persiapan-persiapan.html
http://angkringan.web.id/index.php/tips-dan-trik/74-budidaya-ikan-lele
http://ikankolamterpal.blogspot.com/2010/04/pentingnya-seleksi-bibit-lele-grading.html
http://www.mizan-poenya.co.cc/2010/08/makalah-ekonomi-budidaya-ikan-lele.html
0 komentar:
Post a Comment