My Hot Videos



Makalah : Batik Giriloyo Wukirsari Bantul

Friday, March 15, 2013



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Batik adalah suatu hasil karya yang tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Di berbagai wilayah Indonesia banyak ditemui daerah-daerah perajin batik. Setiap daerah pembatikan mempunyai keunikan dan kekhasan tersendiri, baik dalam ragam hias maupun tata warnanya. Dan salah satu daerah itu adalah Yogyakarta.
Di Daerah Istimewa Yogyakarta sendiri sentra produksi batik tulis bertebaran di berbagai wilayah yang masing-masing hanya mengembangkan motif-motif tertentu, sehingga mudah untuk dikenali dari wilayah mana asal batik tersebut.
Sehingga kami ingin mengetahui secara jelas batik tulis Giriloyo (Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta).




B.     Batik Tulis Giriloyo

Batik merupakan suatu hasil karya yang tidak asing di masyarakat Indonesia. Di Indonesia banyak daerah perajin batik. Salah satu daerah itu adalah Yogyakarta. Di kota Yogyakarta industri batik terdapat di wilayah Tirtodipuran, Panembahan, dan Prawirotaman.
Di kabupaten Kulon Progo berada di desa : Hargomulyo, Kulur, dan Sidorejo. Di kabupaten Gunungkidul berada di Nitikan, Marang, dan Mengger. Di kabupaten Sleman di desa Nogotirto dan Mororejo. Di kabupaten Bantul industri batik berada di desa Mujirejo, Murtigading, dan Wukirsari. Wukirsari yang produk batiknya dikenal sebagai “Batik Tulis Giriloyo”





C.    Asal-usul

Konon, desa yang sekarang sebagai Wukirsari adalah gabungan dari desa-desa kecil, yaitu Giriloyo, Pucung, Singosaren, dan Kedungbuweng. Penduduknya, masing-masing mempunyai aktivitas tersendiri, terutama Giriloyo, Pucung, dan Singosaren. Sehingga desa-desa tersebut menjadi terkenal karena keahlian yang dimiliki oleh penduduknya. Dalam hal ini Giriloyo terkenal dengan batiknya, pucung terkenal dengan kerajinan kulit dan anyaman bambunya, dan Singosaren terkenal dengan gentengnya.

Asal-usul batik tulis Giriloyo konon berawal bersamaan dengan berdirinya makam raja-raja di Imogiri yang terletak di Bukit Merak. Waktu itu ketika Sultan Agung berniat membangun makam, beliau menemukan bukit yang tanahnya berbau harum dan dirasa cocok untuk di buat makam, namun ketika pemakaman sedang dibangun, pamannya menyatakan keinginan untuk turut dimakamkan di tempat itu. Makam raja-raja di imogiri perlu tenaga yang bertanggung jawab untuk memelihara dan menjaganya. Oleh sebab itu keraton menugaskan abdi dalem yang bertugas memeliharanya.

Satu hal yang perlu diacungi jempol adalah bahwa para perajin batik Giriloyo tetap mempertahankan batik tulisnya. Mereka bukannya tidak mengenal batik cap sebgaimana sentra-sentra laninnya di wilayah Bantul, seperti di desa Wijirejo, Murtigading, tetapi mereka tidak tergoda, mereka tetap mempertahankan tradisi leluhurnya, yaitu memproduksi batik tulis dan bukannya batik cap. Adapun jenis-jenis batik yang diproduksi antara lain : jarit, sarung, dan kemben (selendang).


 BAB II
PERALATAN DAN BAHAN

A.       PERALATAN

Peralatan yang digunakan untuk membuat batik tulis diantaranya adalah :
Ø  Wajan kecil     → digunakan sebagai tempat untuk memanaskan malam (lilin) supaya
     cair.
Ø  Anglo              → untuk memanaskan malam dengan bara api dari arang.
Ø  Tepas (kipas)   → untuk memperoleh angin agar bara api tetap menyala.
Ø  Gawangan       → untuk menempatkan mori yang akan dibatik.
Ø  Bandhul          → untuk menahan kain agar tidak bergerak-gerak ketika dilukis.
Ø  Uthik               → untuk mengais arang.
Ø  Canting           → dengan berbagai macam ukuran sebagai alat untuk mencurahkan
     malam cair ke dalam mori yang digambari.
Ø  Kenceng          → untuk mendidihkan air ketika nylorot / mbabar.
Ø  Cawuk             → untuk mengerok
Ø  Alu                  → untuk memukuli kain mori yang akan dibatik agar lemas dan
     memudahkan pembatik dalam proses pembuatannya.



B.        BAHAN

Bahan dasar untuk membuat batik tulis adalah kain mori. Selain itu ada pula bahan-bahan yang digunakan sebagai pewarnanya yang dapat berupa zat kimia maupun pewarna alami seperti : kulit kayu tingi, soga, tegeran, dan sebagainya.




BAB III
PROSES PEMBUATAN BATIK TULIS GIRILOYO

A.    Tahap Pembuatan
Tahap-tahap pembuatan batik tulis di giriloyo adalah sebagai berikut :
Sebelum mori dibatik, biasanya dilemaskan. Caranya adalah dengan digemplong, yaitu kain mori digulung kemudian diletakkan ditempat yang datar dan dipukuli dengan alu yang terbuat dari kayu. Setelah kain menjadi lemas, maka tahap berikutnya adalah mola, yaitu membuat pola pada mori dengan menggunakan malam. Setelah pola terbentuk, tahap selanjutnya adalah nglowong, yakni menggambar di sebalik mori sesuai dengan pola. Kegiatan ini disebut nembusi. Setelah itu, nembok yang posisinya hampir sama dengan nglowong tetapi menggunakan malam yang lebih kuat. Maksudnya adalah untuk menahan rembesan zat warna biru atau coklat.
Tahap selanjutnya adalah medel atau nyelup untuk memberi warna biru supaya hasilnya sesuai dengan yang diinginkan. Proses medel dilakukan beberapa kali agar warna biru menjadi pekat. Selanjutnya, ngerok yaitu adalah cawuk yang terbuat dari potongan kaleng yang ditajamkan sisinya. Setelah dikerok, kemudian dilanjutkan dengan mbironi. Dalam proses ini bagian-bagian yang ingin tetap berwarna biru dan putih ditutup malam dengan menggunakan canting khusus agar ketika disoga tidak kemasukan warna coklat. Setelah itu dilanjutkan dengan nyoga, yakni memberi warna coklat dengan ramuan kulit kayu soga, tingi, tegeran, dan lain-lain. Untuk memperoleh warna coklat yang matang / tua kain dicelup dalam bak berisi ramuan soga, kemudian ditiriskan. Proses nyoga dilakukan berkali-kali dan kadang memakan waktu sampai beberapa hari. Namun apabila menggunakan zat pewarna kimia, proses nyoga cukup dilakukan sehari saja.
Proses selanjutnya yang merupakan tahap akhir adalah mbabar / nglorot, yaitu membersihkan malam. Caranya adalah kain mori tersebut di masukkan ke dalam air mendidih yang diberi air kanji supaya malam tidak menempel lagi. Setelah malam luntur kain mori yang telah dibatik tersebut kemudian dicuci dan diangin-anginkan supaya kering. Dalam pembuatan satu potong batik biasanya tidak hanya ditangani oleh satu orang saja, melainkan beberapa orang yang tugasnya berbeda-beda.
Motif-motif tersebut dari dahulu hingga sekarang diwariskan secara turun-temurun, sehingga polanya tidak berubah, karena cara memola motif itu sendiri hanya dilakukan orang-orang tertentu dan tidak setiap pembatik dapat membuat motif sendiri. Orang yang membatik tinggal melaksanakan pola yang telah ditentukan. Jadi kerajinan batik tulis merupakan suatu pekerjaan yang sifatnya kolektif. Para pembatik di giriloyo khususnya Yogyakarta dan pada umumnya, seluruhnya dilakukan oleh kaum perempuan baik tua maupun muda, keahlian membatik tersebut pada umumnya diwariskan secara turun-temurun dari generasi ke generasi lainnya.
B.     Motif Ragam Hias Batik Tulis Giriloyo
Motif-motif ragam hias biasanya dipengaruhi dan erat kaitannya dengan faktor-faktor sebagai berikut :
  1. Letak geografis
  2. Kepercayaan dan adat istiadat
  3. Keadaan alam sekitarnya termasuk flora dan fauna
  4. Adanya kontak atau hubungan antar daerah penghasil batik
  5. Sifat dan tata kehidupan daerah yang bersangkutan

Di Daerah Istimewa Yogyakarta paling tidak memiliki lebih dari 400 motif batik, baik motif klasik maupun modern. Beberapa nama ragam hias / motif batik Yogyakarta antara lain : parang, banji, tumbuh-tumbuhan menjajar, tumbuh-tumbuhan air, bunga, satwa, sido asih, keong renteng, sido mukti, sido luhur, semen mentul, sapit urang, harjuna manah, semen kuncoro, sekar asem, lung kangkung, sekar keben, sekar polo, grageh waluh, wahyu tumurun, naga gini, sekar manggis, truntum, tambal, grompol, ratu ratih, semen roma, mdau broto, semen gedhang, jalu mampang, dan sebagainya.
Masing-masing motif tersebut mempunyai hilai filosofis dan makna sendiri. Adapun makna filosofisnya antara lain :
  1. Sido asih mengandung makna si pemakai apabila hidup berumah tangga selalu penuh dengan kasih sayang.
  2. Sido mukti mengandung makna apabila dipakai pengantin, hidupnya akan selalu dalam kecukupan dan kebahagiaan.
  3. Sido mulyo mengandung makna si pemakai hidupnya akan selalu mulia.
  4. Sido luhur mengandung makna si pemakai akan menjadi orang berpangkat yang berbudi pekerti baik dan luhur.
  5. Truntum mengandung makna cinta yang bersemi.
  6. Grompol artinya kumpul / bersatu mengandung makna agar segala sesuatu yang baik bisa terkumpul seperti rejeki, kebahagiaan, keturunan, hidup kekeluargaan yang rukun.
  7. Tambal mengandung makna menambah segala sesuatu yang kurang. Apabila dengan motif tambal ini digunakan untuk menyelimuti orang yang sakit akan sembuh / sehat kembali. Sebab menurut anggapan pada orang sakit itu pasti ada sesuatu yang kurang.
  8. Ratu ratih dan semen roma melambangkan kesetiaan seorang istri.
  9. Mdau bronto melambangkan asmara yang manis bagaikan madu.
  10. Semen gedhang mengandung makna harapan agar pengantin yang mengenakan kain tersebut mendapat momongan.


C.    Nilai Budaya

Batik tulis yang diproduksi oleh para perajin di Giriloyo jika dicermati, di dalamnya mengandung nilai-nilai yang pada gilirannya dapat dijadikan sebagai acuan dalam kehidupan sehari-hari bagi masyarakat pendukungnya. Nilai-nilai itu antara lain : kesakralan, keindahan (seni), ketekunan, ketelitian, dan kesabaran.
 
 https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjKB7zvGsRIzUBaf_80oy99E9bOhuYto7_n1k93IR7-GziEsA0to8IcZxUwrdCtNALdav_q3lP09-Rl1Sx_BEev7-Uah7xAYnGjJoeJY-rt_O5V1Qd8VU7oewoF0mvy_VrYR9h3rOBUza5C/s1600/Batik_Tulis.jpg


0 komentar:

 
Do you can do it?? © 2012